Saturday, October 16, 2010

Beragamnya Jalur Masuk Perguruan Tinggi Negeri

Jalur Masuk Amat Beragam


Senin, 12 Mei 2008 | 01:39 WIB
Jakarta, Kompas – Biaya masuk perguruan tinggi negeri bisa mencapai angka di atas Rp 100 juta, sementara setiap semester dapat mencapai Rp 70 juta. Tingginya biaya tersebut semakin memperkecil akses masuk ke pendidikan tinggi.


Demikian benang merah persoalan menyangkut biaya masuk perguruan tinggi negeri yang didapatkan Kompas dalam pencarian selama sepekan terakhir, mulai dari Jakarta (DKI Jakarta), Semarang (Jawa Tengah), Bandung (Jawa Barat), Surakarta (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), hingga Makassar (Sulawesi Selatan).




Besar biaya masuk perguruan tinggi negeri (PTN) tersebut bergantung pada program S-1 yangdiambil serta bidang ilmu yang dipilih. Program tersebut beragam dan berbeda antara satu PTN dan PTN lain. Bahkan, ada PTN yang membuka program internasional. Pada program ini, mahasiswa membayar biaya berlipat-lipat dibandingkan program reguler pada setiap semesternya.




Bagi para calon mahasiswa yang gagal masuk melalui program S-1 reguler lewat seleksinasional masuk PTN (SNMPTN), hampir semua PTN yang dihubungi memiliki program non-SNMPTN. Biaya masuk program non-SNMPTN ini lebih tinggi dibandingkan jalur SNMPTN. Program non-SNMPTN ini pun berbeda antara satu PTN dan PTN lain—ada yang memiliki lebih dari lima program.




Semua angka tersebut bisa kita bandingkan dengan biaya kuliah di National University of Singapore yang biayanya (tuition fee) berkisar 9.540 dollar Singapura-27.350 dollar Singapura atau di Malaysia, Universitas Kebangsaan Malaysia, yang memasang biaya 1.167 ringgit Malaysia hingga 1.500 ringgit Malaysia.




Kelas internasional


Dari sejumlah program seleksipenerimaan mahasiswa baru, yang termahal adalah jalur internasional. Universitas Indonesia pada tahun ini menerapkan jalur tersebut. Rektor Universitas Indonesia Gumilar Rusliwa Somantri menjelaskan, selain program S-1 reguler, pihaknya membuka kelas internasional untuk Fakultas Kedokteran, Teknik, Ekonomi, Psikologi, dan Ilmu Komputer. Biaya kuliah per semester tiga kali lipat program S-1 reguler. Untuk Kedokteran, uang pangkal (biaya masuk) Rp 70 juta, dengan biaya per semester Rp 35 juta. Fakultas Teknik uang per semester Rp 20 juta, uang pangkal Rp 15 juta, sedangkan Ekonomi uang pangkal Rp 26 juta dan Rp 25 juta per semester.



Menurut Gumilar, kelas internasional ini berbeda dari kelas reguler. Kurikulumnya adalah kurikulum internasional dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. ”Mereka punya ruang kuliah khusus. Fasilitas belajar, seperti ruang kuliah, misalnya, standarnya lebih tinggi,” kata Gumilar. Bahkan, di beberapa fakultas, seperti Psikologi, UI bekerja sama dengan Universitas Queensland, Australia, untuk program double degree dan penggunaan tenaga pengajar asing. Sementara itu, Universitas Airlangga, menurut Pembantu Rektor I Unair Muhammad Zainuddin, tahun ini berencana membuka kelas internasional. ”Segala sesuatunya sedang dirancang,” katanya.



Sementara Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, jalur non-SNMPTN ada dua, yaitu penelusuran bibit unggul sekolah (PBUS) dan penelusuran minat dan kemampuan (PMDK). Mereka yang gagal di PMDK bisa menggunakan program PBUS dengan syarat sama, nilai rapor SMA semester I-V rata-rata 7,0 dan tak ada nilai di bawah 5,0. Sumbangan pembinaan pendidikan dari program-program itu sama, yaitu Rp 660.000 per semester. Namun, bagi PBUS masih ditambah biaya pengembangan institusi (BPI), untuk Fakultas Kedokteran Rp 100 juta, tetapi hanya Rp 2,5 juta bagi yang lewat PMDK. Untuk jurusan lain, BPI rata-rata di bawah Rp 10 juta.

Menurut Pembantu Rektor I UNS Ravik Karsidi, pembukaan jalur PBUS dan SPMB swadana adalah untuk memperluas akses masuk bagi calon mahasiswa. Diakuinya, jalur ini adalah jalur ”pintar dan kaya”.
Sementara itu, menurut Ketua Tim Promosi Institut Teknologi 10 Nopember Budi Santosa, ada 5kategori PMDK, di antaranya PMDK beasiswa. Mereka yang lolos PMDK beasiswa bebas uang gedung dan SPP. Mereka adalah pelajar dengan nilai akademis menonjol. Sementara di Universitas Airlangga ada empat jalur PMDK (umum, prestasi, alih jenjang, dan diploma).

Dari wilayah timur Indonesia, Universitas Hasanuddin membuka tiga jalur non-SNMPTN, yaitu jalur nonsubsidi (JNS), jalur penelusuran potensi belajar, dan jalur prestasi olahraga, seni, dan keilmuan. Yang termahal adalah JNS. Pada jalur ini mahasiswa membayar rata-rata uang kuliah Rp 20 juta setahun, sedangkan dari jalur SNMPTN rata-rata hanya Rp 1,5 juta setahun. Kepala Humas Unhas Dahlan Abubakar mengatakan, dana tersebut untuk subsidi silang. (A05/A10/NAR/INE/JON/EKI/eln)

0 komentar:

Post a Comment