Wednesday, February 8, 2017

Menyelami Makna Puisi 'Aku Ingin' Karya Sapardi Djoko Damono


AKU INGIN
Karya: Sapardi Djoko Damono

"aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"

------------------------------------------------------------------------------------------------------

I WANT
by Sapardi Djoko Damono
translated by John H. McGlynn

I want to love you simply
In words not spoken:
Tinder to the flame which transforms it to ash

I want to love you simply
In signs not expressed:
Clouds to the rain which make them evanesce

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Menyelami Makna Puisi 'Aku Ingin'

Saya bukan seorang sastrawan, pujangga, penyair, atau ahli bahasa dan lain sebagainya. Saya hanya seorang penikmat puisi yang tanpa ilmu bahasa, sastra dan lain sebagainya, yang terkesan sejak saat pertama kali mengetahui salah satu puisi Bapak Sapardi Djoko Damono yang pasti sudah tidak asing lagi ini. Saya pertama tahu saat duduk di bangku SMP sekitar Tahun 2006-2007 silam saat pelajaran Bahasa Indonesia. Pertanyaannya adalah apakah saya memahami maksud puisi ini seperti apa yang Bapak Sapardi maksud ketika membuat puisi 'Aku Ingin'? Tidak. Saya hanya tahu karyanya dan belum pernah tahu maksud atau makna dari puisi ini menurut beliau secara merinci. Tapi saya memiliki interpretasi atau rasa pribadi tersendiri saat membaca puisi tersebut. Ekspresi cinta yang tinggi melebihi segala cinta manusia terhadap manusia yang ada di bumi ini.

Saya justru menangkap pengharapan mendalam, bukan kepasrahan atau keputus-asaan atau cinta yang menggelora. Saya menangkap ketulusan dan kemurnian terhadap suatu cinta yang besar.
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
I want to love you simply
Seolah kelemahan cinta, namun justru saya menangkap kekuatan cinta. Titik koma setelah kata sederhana seolah tanda baca yang menunjukkan kalimat selanjutnya adalah maksud dari baris pertama atau kalimat pertama puisi ini yaitu penjelasan dari bagaimana mencintai dengan sederhana itu. Kalimatnya 'aku ingin mencintaimu dengan sederhana', tapi bagi saya justru tidak menunjukkan kesederhanaan atau tidak sesederhana dari kata 'sederhana' yang digunakan pada puisi tersebut.
dengan kata yang tak sempat diucapkan
in words not spoken:
Kesungguhan cinta yang bahkan tak sempat dapat terucap lisan tapi tetap terpatri di hati.
kayu kepada api yang menjadikannya abu
tinder to the flame which transforms it to ash
Diumpamakan kayu dan api adalah subjek cinta. Seperti kayu kepada api yang menjadikannya abu. Cinta yang besar, yang bahkan mampu menjadikannya abu, sesuatu yang memiliki kekuatan yang bahkan dapat menghancurkannya. Seperti kayu yang tersulut api dalam waktu sekejap telah merubah kayu menjadi abu. Bagi saya ini menunjukkan singkatnya waktu hidup, sekejap. Kesimpulan dari apa yang saya interpretasikan pada bait pertama puisi ini adalah cinta kepada Tuhan. Cinta kepada Allah. Cinta yang paling tinggi. Cinta yang tidak sederhana dan sulit membuktikan dan mengungkapkan rasa cinta sebagai hamba sedangkan kesempatan atau waktu hidup kita hanya sekejap. Sebenarnya mencintai Allah itu sederhana dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Tunduk dan patuh. Tapi hal itu tentu tidak sederhana dalam praktiknya. Sederhana yang tidak sederhana seperti itu, yang saya maknai ketika membaca bait pertama puisi 'Aku Ingin' ini. Jadi, bagaimana di waktu yang sekejap ini, bisa memanfaatkan waktu untuk membuktikan cinta.
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
I want to love you simply
Sederhana yang justru sangat tidak sederhana. Sederhana yang tidak sesederhana kata 'sederhana'.
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
In signs not expressed:
Mirip seperti pada bait pertama yang menggunakan kalimat 'dengan kata yang tak sempat diucapkan'. Pada bait kedua ini digunakan 'dengan isyarat yang tak sempat disampaikan'. Bahkan sebuah isyarat pun tidak sempat disampaikan. Semakin menguatkan waktu yang singkat, hanya sekejap. Sebagai manusia harus selalu bersiaga, mawas diri, sebelum nanti tiba-tiba saja datang suatu masa dimana bahkan sudah terlambat untuk mengisyaratkan cinta itu. Pertaubatan itu.
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Clouds to the rain which make them evanesce
Pada bait pertama 'kayu kepada api yang menjadikannya abu' dan bait kedua 'awan kepada hujan yang menjadikannya tiada'. Awan merupakan kumpulan uap air yang apabila uap air tersebut telah jatuh ke bumi menjadi hujan, awan seolah menjadi tiada. Hujan yang mampu meniadakan awan.Allah yang mampu meniadakan manusia. Awan yang terdiri dari kumpulan uap air membutuhkan waktu hingga bisa menjadi hujan. Tapi hujan seketika saja meniadakan awan. Singkat, maka manfaatkan proses yang singkat tersebut sebelum akhirnya hujan turun.

Saya memaknai puisi 'Aku Ingin' ini dengan interaksi cinta hamba kepada Tuhan-Nya. Cinta yang sederhana namun kesederhanaan itu justru sangat tidak sederhana. Banyak liku dan kerikil tajam yang harus dilalui dan dengan waktu yang singkat.

Bapak Sapardi Djoko Damono pernah mengungkap sedikit mengenai puisi 'Aku Ingin' dalam sebuah percakapan di ASEN Literary Festival, seperti ini kata beliau:
Kayu, dibakar api, toh. Ini kan percintaan bagi saya. Kayu dan api itu bercinta. Sebelum sempat menyampaikan cintanya, sudah jadi abu. Jadi ngga sampai. (Percakapan bersumber dari facebook Imron Tohari pada tulisan 'Antara Tata Bahasa dan Tata Sastra Puisi Aku Ingin Sapardi Djoko Damono'.)
Setelah memberikan pernyataan seperti itu, Bapak Sapardi ditanya kembali mengenai puisi tersebut apakah tentang cinta tak sampai. Bapak Sapardi menjawab, "Loh, bukan. Cinta beneran itu. Cinta beneran." (Percakapan bersumber dari facebook Imron Tohari pada tulisan 'Antara Tata Bahasa dan Tata Sastra Puisi Aku Ingin Sapardi Djoko Damono'.)

Begitulah uraian dari interpretasi saya, hasil menyelami makna puisi 'Aku Ingin'. Menambahkan, Bapak Sapardi juga mengomentari tentang puisinya yang banyak diinterpretasikan beragam. Beliau mengatakan bahwa,
Memang puisi itu hidup kalau interpretasinya macam-macam. Kalau cuma satu ya sekali baca sudah habis. Jadi orang mikir-mikir: sederhana, ada api, ada kayu. (Percakapan bersumber dari facebook Imron Tohari pada tulisan 'Antara Tata Bahasa dan Tata Sastra Puisi Aku Ingin Sapardi Djoko Damono'.)

Yuk, berbagi pendapatmu tentang puisi 'Aku Ingin' dengan meninggalkan jejak di kolom komen.

Disclaimer:
Makna puisi di atas hanya berdasarkan interpretasi saya. Kesan dari perasaan pribadi saya ketika membaca puisi 'Aku Ingin' karya Sapardi Djoko Damono.


Bandung, 8 Februari 2017
Pukul 11:33 PM GMT+7 Jakarta
Syi'ra Syams

4 comments: