Wednesday, February 8, 2017

Menyelami Makna Puisi 'Aku Ingin' Karya Sapardi Djoko Damono


AKU INGIN
Karya: Sapardi Djoko Damono

"aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"

------------------------------------------------------------------------------------------------------

I WANT
by Sapardi Djoko Damono
translated by John H. McGlynn

I want to love you simply
In words not spoken:
Tinder to the flame which transforms it to ash

I want to love you simply
In signs not expressed:
Clouds to the rain which make them evanesce

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Menyelami Makna Puisi 'Aku Ingin'

Saya bukan seorang sastrawan, pujangga, penyair, atau ahli bahasa dan lain sebagainya. Saya hanya seorang penikmat puisi yang tanpa ilmu bahasa, sastra dan lain sebagainya, yang terkesan sejak saat pertama kali mengetahui salah satu puisi Bapak Sapardi Djoko Damono yang pasti sudah tidak asing lagi ini. Saya pertama tahu saat duduk di bangku SMP sekitar Tahun 2006-2007 silam saat pelajaran Bahasa Indonesia. Pertanyaannya adalah apakah saya memahami maksud puisi ini seperti apa yang Bapak Sapardi maksud ketika membuat puisi 'Aku Ingin'? Tidak. Saya hanya tahu karyanya dan belum pernah tahu maksud atau makna dari puisi ini menurut beliau secara merinci. Tapi saya memiliki interpretasi atau rasa pribadi tersendiri saat membaca puisi tersebut. Ekspresi cinta yang tinggi melebihi segala cinta manusia terhadap manusia yang ada di bumi ini.

Saya justru menangkap pengharapan mendalam, bukan kepasrahan atau keputus-asaan atau cinta yang menggelora. Saya menangkap ketulusan dan kemurnian terhadap suatu cinta yang besar.
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
I want to love you simply
Seolah kelemahan cinta, namun justru saya menangkap kekuatan cinta. Titik koma setelah kata sederhana seolah tanda baca yang menunjukkan kalimat selanjutnya adalah maksud dari baris pertama atau kalimat pertama puisi ini yaitu penjelasan dari bagaimana mencintai dengan sederhana itu. Kalimatnya 'aku ingin mencintaimu dengan sederhana', tapi bagi saya justru tidak menunjukkan kesederhanaan atau tidak sesederhana dari kata 'sederhana' yang digunakan pada puisi tersebut.
dengan kata yang tak sempat diucapkan
in words not spoken:
Kesungguhan cinta yang bahkan tak sempat dapat terucap lisan tapi tetap terpatri di hati.
kayu kepada api yang menjadikannya abu
tinder to the flame which transforms it to ash
Diumpamakan kayu dan api adalah subjek cinta. Seperti kayu kepada api yang menjadikannya abu. Cinta yang besar, yang bahkan mampu menjadikannya abu, sesuatu yang memiliki kekuatan yang bahkan dapat menghancurkannya. Seperti kayu yang tersulut api dalam waktu sekejap telah merubah kayu menjadi abu. Bagi saya ini menunjukkan singkatnya waktu hidup, sekejap. Kesimpulan dari apa yang saya interpretasikan pada bait pertama puisi ini adalah cinta kepada Tuhan. Cinta kepada Allah. Cinta yang paling tinggi. Cinta yang tidak sederhana dan sulit membuktikan dan mengungkapkan rasa cinta sebagai hamba sedangkan kesempatan atau waktu hidup kita hanya sekejap. Sebenarnya mencintai Allah itu sederhana dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Tunduk dan patuh. Tapi hal itu tentu tidak sederhana dalam praktiknya. Sederhana yang tidak sederhana seperti itu, yang saya maknai ketika membaca bait pertama puisi 'Aku Ingin' ini. Jadi, bagaimana di waktu yang sekejap ini, bisa memanfaatkan waktu untuk membuktikan cinta.
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
I want to love you simply
Sederhana yang justru sangat tidak sederhana. Sederhana yang tidak sesederhana kata 'sederhana'.
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
In signs not expressed:
Mirip seperti pada bait pertama yang menggunakan kalimat 'dengan kata yang tak sempat diucapkan'. Pada bait kedua ini digunakan 'dengan isyarat yang tak sempat disampaikan'. Bahkan sebuah isyarat pun tidak sempat disampaikan. Semakin menguatkan waktu yang singkat, hanya sekejap. Sebagai manusia harus selalu bersiaga, mawas diri, sebelum nanti tiba-tiba saja datang suatu masa dimana bahkan sudah terlambat untuk mengisyaratkan cinta itu. Pertaubatan itu.
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Clouds to the rain which make them evanesce
Pada bait pertama 'kayu kepada api yang menjadikannya abu' dan bait kedua 'awan kepada hujan yang menjadikannya tiada'. Awan merupakan kumpulan uap air yang apabila uap air tersebut telah jatuh ke bumi menjadi hujan, awan seolah menjadi tiada. Hujan yang mampu meniadakan awan.Allah yang mampu meniadakan manusia. Awan yang terdiri dari kumpulan uap air membutuhkan waktu hingga bisa menjadi hujan. Tapi hujan seketika saja meniadakan awan. Singkat, maka manfaatkan proses yang singkat tersebut sebelum akhirnya hujan turun.

Saya memaknai puisi 'Aku Ingin' ini dengan interaksi cinta hamba kepada Tuhan-Nya. Cinta yang sederhana namun kesederhanaan itu justru sangat tidak sederhana. Banyak liku dan kerikil tajam yang harus dilalui dan dengan waktu yang singkat.

Bapak Sapardi Djoko Damono pernah mengungkap sedikit mengenai puisi 'Aku Ingin' dalam sebuah percakapan di ASEN Literary Festival, seperti ini kata beliau:
Kayu, dibakar api, toh. Ini kan percintaan bagi saya. Kayu dan api itu bercinta. Sebelum sempat menyampaikan cintanya, sudah jadi abu. Jadi ngga sampai. (Percakapan bersumber dari facebook Imron Tohari pada tulisan 'Antara Tata Bahasa dan Tata Sastra Puisi Aku Ingin Sapardi Djoko Damono'.)
Setelah memberikan pernyataan seperti itu, Bapak Sapardi ditanya kembali mengenai puisi tersebut apakah tentang cinta tak sampai. Bapak Sapardi menjawab, "Loh, bukan. Cinta beneran itu. Cinta beneran." (Percakapan bersumber dari facebook Imron Tohari pada tulisan 'Antara Tata Bahasa dan Tata Sastra Puisi Aku Ingin Sapardi Djoko Damono'.)

Begitulah uraian dari interpretasi saya, hasil menyelami makna puisi 'Aku Ingin'. Menambahkan, Bapak Sapardi juga mengomentari tentang puisinya yang banyak diinterpretasikan beragam. Beliau mengatakan bahwa,
Memang puisi itu hidup kalau interpretasinya macam-macam. Kalau cuma satu ya sekali baca sudah habis. Jadi orang mikir-mikir: sederhana, ada api, ada kayu. (Percakapan bersumber dari facebook Imron Tohari pada tulisan 'Antara Tata Bahasa dan Tata Sastra Puisi Aku Ingin Sapardi Djoko Damono'.)

Yuk, berbagi pendapatmu tentang puisi 'Aku Ingin' dengan meninggalkan jejak di kolom komen.

Disclaimer:
Makna puisi di atas hanya berdasarkan interpretasi saya. Kesan dari perasaan pribadi saya ketika membaca puisi 'Aku Ingin' karya Sapardi Djoko Damono.


Bandung, 8 Februari 2017
Pukul 11:33 PM GMT+7 Jakarta
Syi'ra Syams

Tuesday, February 7, 2017

Resep Rahasia Kinclong Maksimal Seperti Artis Dengan Cara Alami

Manfaat Kulit Jeruk Lemon; Resep Masker Kulit Jeruk Lemon; Manfaat Kulit Jeruk Lemon, Beras, dan Ampas Teh Hijau Untuk Kulit Wajah dan Tubuh

Tahukah kamu segala hal yang ada di bumi ini diciptakan dengan alasannya masing-masing. Pernahkah kamu perhatikan benda di sekelilingmu yang kamu anggap sudah menjadi sampah, namun ternyata bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain? Ya, salah satunya adalah kulit buah lemon. Kalau soal khasiat dan manfaat buah lemon sendiri kamu pasti sudah sering dengar di antaranya adalah sebagai sumber vitamin C dan detoks. Biasanya setelah jeruk lemon kamu ambil sarinya atau air perasannya, kulit dan ampas lemonnya pasti deh kamu buang. Nah, ternyata selain air perasannya yang punya segudang manfaat, si kuning kulit lemon ini juga punya manfaat yang banyak banget. Khususnya buat kalian para neng geulis supaya makin cantik, bening, dan bercahaya. Tapi jangan salah, kulit lemon bukan cuma punya manfaat untuk kecantikan wajah aja nih. Buat kesehatan tubuh kamu dan keluarga tercintamu juga bisa. Pada kulit lemon terkandung Polifenol flavonoid yang dapat membantu menurunkan kolesterol terutama kadar LDL dan membatasi serta mengurangi perkembangan sel kanker jika dikonsumsi secara rutin. Zat luar biasa yang terkandung pada kulit lemon yang dipercayai oleh para peneliti dan sudah terbukti mampu menurunkan sel kanker yaitu minyak d-limonene.

Kesegaran dan Segudang Manfaat Lemon

Kulit lemon juga memiliki manfaat luar biasa bagi mereka yang mengalami kegemukan atau kelebihan berat badan, menjaga kesehatan tulang, menjaga kestabilan tekanan darah dan masih banyak manfaat lainnya. Bahkan, kulit lemon bisa jadi bahan pembersih perabotan rumahmu seperti untuk membersihkan gelas-gelas yang menguning atau menjadi berwarna kecoklatan karena sering digunakan untuk membuat teh dan kopi. Kulit lemon juga bisa ditambahkan pada makanan atau minuman kita. Kulit lemon akan menambah cita rasa pada makanan dan tentunya bermanfaat bagi tubuhmu.

Kulit Jeruk Lemon Bermanfaat Untuk Kesehatan Tubuh dan Kulit

Nah, kali ini Syi’ra mau berbagi tips kecantikan untuk kamu supaya wajah kamu makin sehat, segar, halus, dan bercahaya. Tips ini bisa untuk kamu yang kulitnya kusam dan ingin lebih cerah bercahaya dan bisa juga buat kamu yang punya masalah dengan kulit berjerawat. Tips Syi’ra kali ini adalah membuat masker yang bisa membuat wajahmu segar, cerah, halus, bebas noda kehitaman dan jerawat mulai dari pertama kali pakai. Ingat ya, apapun treatment dan effort yang kamu lakukan kalau gak rutin, ya jangan berharap deh bisa tring langsung kece kayak wajah artis-artis yang biasa kamu lihat di TV. Wajahmu kan butuh proses. Kalau soal noda hitam dan jerawat, tentu gak ada yang bisa bersih kilat semalam kaya kamu kalau belajar buat ujian. Kamu? Saya juga sih mengalami.

Oke, langsung aja. Apa sih bahan-bahan yang perlu disiapkan?
  1. Siapkan satu ukuran cangkir beras putih (Gunakan beras tanpa pengawet dan pemutih. Wajahmu bukan makanan mudah basi yang perlu diawetkan kok.)
  2. Kulit jeruk lemon dari 2 buah lemon ukuran sedang (Lemonnya pakai yang lokal atau yang impor? Yang lokal aja, cintai produk lokal guysPlus untuk produk lokal biasanya kulit buah tidak dilapisi zat-zat seperti formalin dan sejenisnya. Jadi lebih aman. Jangan lupa cuci buah lemon sebelum dikupas. Jadi kamu akan mendapatkan kulit lemon yang bersih nantinya.)
  3. Ampas teh hijau kurang lebih hasil dari 1 sajian teh hijau (Ampasnya jangan yang sudah beberapa kali seduh ya. Lagi pula teh hanya bagus diseduh satu kali aja.)

Peralatan apa yang dibutuhkan?
  1. Mangkok atau wadah apapun untuk merendam beras
  2. Tatakan/nyiru/saringan untuk mengeringkan beras
  3. Penghalus/blender untuk bahan kering (dry mill)

Sebelum ke proses pembuatan, mari kita ketahui dulu bagaimana kombinasi bahan tersebut memberikan manfaat bagi wajah kamu. Kulit lemon dapat mencerahkan, memudarkan bintik kehitaman, anti-wrinkle, pengusir jerawat atau anti-acne, dan exfoliating atau mengangkat sel-sel kulit mati. Selanjutnya beras punya manfaat untuk memutihkan, tapi tenang saja wajahmu hanya akan putih natural bukan putih mengerikan seperti hasil krim atau obat-obat pemutih kulit. Selain bermanfaat untuk memutihkan, beras juga dapat mengencangkan atau anti-wrinkle, menghaluskan, mengurangi jerawat, memudarkan noda atau bintik kehitaman, mengurangi minyak berlebih, mempercepat regenerasi sel-sel kulit yang baru dan menangkal radikal bebas. Ampas teh sering kali dipandang tidak bermanfaat dan dibuang begitu saja. Padahal ampas teh hijau dapat dijadikan masker untuk wajah dan tentunya bermanfaat. Ampas teh hijau dapat mengencangkan, mengatasi jerawat, mengurangi noda bekas jerawat dan mencerahkan kulit wajah. Nahgimana? Paket lengkap banget kan maksernya? Sekarang dilanjut ke proses pembuatannya.

Bagaimana proses pembuatan masker kinclong?
  1. Cuci bersih beras. Rendam dengan air secukupnya dan kamu bisa tinggalkan tidur. Tahap ini berfungsi untuk melunakkan beras karena pori-pori beras terisi air. Juga kandungan dalam beras dapat meresap ke kulit wajah lebih optimal.
  2. Siapkan ampas teh hijau kurang lebih sebanyak 1-2 sendok makan.
  3. Keringkan beras dan ampas teh hijau menggunakan tatakan/nyiru/saringan dengan mengangin-anginkannya agar proses penguapan lebih cepat karena memperluas bidang penguapan. Jangan gunakan cahaya matahari langsung untuk mengeringkan beras dan ampas teh hijaunya. Sebaiknya pisahkan ampas teh hijau dan beras, jangan dicampurkan dahulu.
  4. Keringkan juga kulit jeruk lemon dengan cara mengangin-anginkannya.
  5. Setelah semua bahan siap, siapkan blender bahan kering atau dry mill. Masukkan semua bahan ke dalam gelas blender.
  6. Haluskan semua bahan hingga menjadi seperti tepung. Jika kamu ingin membuat masker dan scrub, kamu bisa membagi duanya. Setengah kamu blender hingga ukuran butirannya kamu rasa cukup untuk scrub dan setengahnya lagi kamu blender lebih halus hingga seperti tepung.
  7. Masker kamu sudah siap digunakan untuk menyongsong masa depan wajahmu yang lebih sehat, segar, cerah, bebas jerawat dan noda, kencang, halus, tampak lebih muda dan bercahaya. Kamu tinggal masukkan masker yang sudah jadi tersebut ke dalam jar.

Setelah maskernya jadi, tentu dong kamu harus mencobanya. Bagaimana sih cara pakainya? Syi’ra punya beberapa tips nih untuk penggunaannya. Simak baik-baik ya guys!

Masker Kinclong ala Syi'ra

Apa saja tips dan saran cara penggunaannya supaya hasilnya optimal?
  1. Ambil satu sendok teh masker atau scrub kinclong.
  2. Larutkan dengan madu jika kamu ingin menambahkan kekuatan menghaluskan, mengencangkan, melembabkan, mencegah penuaan, mengatasi jerawat dan noda bekasnya.
  3. Larutkan dengan minyak zaitun jika kamu ingin lebih mengoptimalkan untuk menghilangkan flek hitam di wajahmu.
  4. Larutkan dengan plain yogurt atau yogurt yang masih asli tanpa tambahan apapun untuk mengatasi kulit yang terbakar karena matahari, mengencangkan dan mengatasi garis halus, meringkas pori, melembabkan, mengobati luka jerawat, dan meratakan warna kulit.
  5. Larutkan dengan air bunga mawar juga bagus untuk melembutkan dan menyegarkan wajah karena efek dingin ketika masker diterapkan pada wajah.
  6. Jika hanya ada air minum biasa, kamu dapat menggunakannya. Tidak masalah.
  7. Untuk penggunaan sebagai masker, cukup tunggu 15-20 menit seperti menggunkan masker biasa. Setelah itu dibersihkan.
  8. Untuk penggunaan sebagai scrub, oleskan scrub pada wajah dan diamkan sesaat, lalu berikan pijatan halus memutar ke arah luar mulai dari dagu ke dahi. Setelah itu dibersihkan.
  9. Masker ini tidak hanya bisa digunakan untuk wajah, tapi juga untuk kulit tubuhmu. Kamu akan mendapatkan hasil yang optimal dan merata di wajah dan tubuhmu.
Buat kamu yang gak sempat untuk buat masker sendiri atau gak punya alat penghalusnya atau karena apapun, kamu gak perlu khawatir. Kamu tinggal pesan aja sama Syi'ra via author contact. Kamu bisa kontak Syi'ra untuk order via email atau google+.
Mudah kan pembuatan masker kinclong dan cara penggunaannya? Jadi, tidak salah kan kalau mulai saat ini kita rutin konsumsi kulit lemon cukup 1 kali sehari untuk menjaga kesehatan tubuh kita. Lebih baik mencegah daripada mengobati kanSo, sekarang kamu bisa konsumsi lemon baik sari maupun kulitnya. Selain itu, kamu juga bisa gunakan kulit lemon untuk jadi senjata kesehatan kulitmu juga. Tubuh kamu jadi sehat luar dalam kan? Selain itu, kamu juga bisa mengurangi limbah sampah rumahmu. Sedikit demi sedikit juga lama-lama jadi bukitkan. Siap untuk bercahaya dan kinclong guys?

Bandung, 7 Februari 2017
Pukul 8:26 PM GMT+7 Jakarta
Syi’ra Syams

Antara Realita, Harapan, dan Kewajiban

Lagi, aku termenung dan larut dalam lamunanku. Aku tak mau meratapi hidup. Aku tak mau berkeluh kesah. Aku tak mau menyerah seolah meng-Aamiin-kan mereka yang melihatku seperti pecundang. Aku tahan segala rasa dalam hatiku. Aku ingin menjerit, tapi aku tak mampu. Aku ingin marah, tapi harus pada siapa kulampiaskan amarahku? Apa aku harus marah pada orang tuaku? Apa aku harus marah pada adikku? Atau aku harus marah pada mereka yang selalu bertanya tentang hal yang aku tak sukai? Atau aku harus marah pada mereka yang berkomentar ini itu tanpa tahu hidupku? Aku tak bisa melakukannya. Aku hanya bisa marah dalam diam. Dalam simpul senyum palsu. Dalam gelak tawa tanpa beban. Bukan, bukan senyum dan tawa kebahagiaan. Tapi senyum dan tawa yang berusaha tegar dan berharap kebaikan akan datang di waktu yang tepat. Karena aku tahu, jika aku luapkan amarahku, pada akhirnya aku hanya menyakiti diriku sendiri. Aku akan merasakan sakit karena amarahku, kata-kata yang terucap dari lisanku hanya akan melukai hati mereka. Ah, aku lelah. Hati ini terasa tertekan. Aku sesak. Bagaimana rasanya menghirup nafas lega? Bagaimana rasanya tersenyum karena bahagia? Bagaimana rasanya menatap tegak? Bagaimana rasanya melangkah mantap? Aku seolah berjalan terhuyung tanpa arah, menunduk malu atas hidupku yang aku tidak tahu apa alasan pastinya. Banyak ‘mengapa’ yang muncul di benakku. Tapi aku tak mau melanjutkannya karena aku takut mempertanyakan takdir Tuhan yang telah digariskan untukku dan akirnya membuatku berprasangka buruk.

Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada hidupku. Semuanya secara tiba-tiba saja menjadi seperti ini. Aku tahu benar banyak yang salah dari imanku. Banyak yang salah dari iman keluargaku. Mungkin kami sudah terlalu lama meninggalkan-Nya. Mungkin kami sudah melangkah menjauhi jalur menuju Dia. Aku ingin kembali, tapi aku tidak mengerti mengapa tubuh ini seperti terpasung. Telah terpasung dalam waktu yang lama. Sekian bulan, tidak. Sekian tahun, ya. Aku terhenti di titik dimana aku tidak bisa kembali atau memulai kebaikan yang baru. Aku seolah dipaksa untuk terus melanjutkan jalur di hadapanku, namun bertentangan dengan nuraniku. Semua riuh kala aku memilih jalan baru ataupun memilih kembali. Semua riuh kala aku hanya berhenti tak bergerak. Mengapa keriuhan ini seolah mengendalikanku? Bukankah aku yang bertanggungjawab terhadap hidupku dan langkahku? Aku terbentur dengan harapan dan keinginan orang tuaku, aku terbentur dengan kekecewaan dan kenyataan adik-adikku, aku terbentur dengan kondisi keluargaku, aku terbentur dengan tuntutan materi terhadap hidupku dan keluargaku, aku terbentur dengan tanggung jawabku kepada Tuhanku, aku terbentur dengan harapan-harapanku. Semua seolah bertentangan, saling berbenturan, jauh dari mendukung dan menguatkan.

Aku seolah melihat kehancuran. Tuhan, rasanya aku ingin mati saja. Melihat dunia yang semakin tidak aku mengerti. Melihat dunia merubah manusia di sekitarku juga manusia yang jauh dari pandangku. Aku takut, jika aku termasuk dari perubahan buruk dunia ini. Aku takut hidup lebih lama hanya akan membuatku menjadi manusia yang semakin buruk dan menjauhi-Mu. Tapi aku pun belum siap mati saat ini. Aku merasa sungguh hina dan jika aku berakhir sekarang, ini hanya akan menjadi akhir hidup yang buruk. Tuhan, berikan aku kesempatan untuk bisa berakhir dengan baik dan benar. Tuhan, beri aku kesempatan untuk bisa melakukan dan menunaikan apa yang saat ini memang harus aku lakukan dan tunaikan. Izinkan aku melakukan sesuatu terlebih dahulu untuk orang tuaku dan adik-adikku, untuk sahabat dan saudaraku, untuk bukti dan saksi atas imanku, untuk pemberat timbangan amalku di Yaumul Mizan, untuk kelayakanku mendapat syafa’at kelak, dan untuk segala apa yang harus aku pertangungjawabkan dunia dan akhiratku. Tuhan, bukakanlah jalanku. Terangilah jalanku. Bebaskan aku dari rasa terpasung ini. Tuntunlah aku dalam jalanku melaluinya. Karena aku tak tahu mana lagi tempat bergantung dan berharap selain pada-Mu. Maafkan aku, karena aku baru menemui-Mu disaat aku terpuruk dan hancur.

Bandung, 7 Februari 2017
Pukul 10:46 AM GMT+7 Jakarta
Syi'ra Syams

Tuesday, January 10, 2017

BERITA BESAR

Berita Besar. Sudah tertulis jelas. Andai kita mau berpikir dan patuh.

Tiba-tiba aku larut dalam lamunan. Memikirkan hal-hal yang terjadi di hidupku, memikirkan hal-hal yang terjadi di sekitarku, memikirkan hal-hal yang terjadi di negaraku, memikirkan hal-hal yang terjadi di dunia kini. Menembus batas pandangan, yang hanya kuketahui melalui berbagai media pemberitaan dan media sosial. Ah, semua sudah gila. Aku tidak mengerti memikirkan segala peristiwa yang saat ini santer menjadi ramai diperbicangkan, diberitakan, dilakukan dan sebagainya. Laporan berita pembunuhan hampir setiap hari hilir mudik di media cetak ataupun elektronik. Dengan cara-cara yang semakin hari semakin keji. Gila. Berjalan di jalanan cemas dan khawatir. Berada di kendaraan umum, cemas dan khawatir. Pulang larut malam, cemas dan khawatir. Memarkir kendaraan di tempat umum atau di luar rumah, cemas dan khawatir. Bertemu seseorang yang baru, secara tiba-tiba disapa, cemas dan khawatir. Cemas, khawatir, curiga, merasa tidak aman, sepertinya selalu menghantui setiap detik hidup kita saat ini. Cemas dan khawatir akan setiap tindakan kriminal, kejahatan, bahkan pembunuhan yang bisa saja terjadi di jalanan, kendaraan umum, di manapun bahkan di dalam rumah kita sendiri pun.

Gaya pergaulan remaja yang semakin gak karuan malang melintang di media sosial, tak kenal malu sudah. Dibilangnya, trend, gaul, kekinian, dan lain sebagainya. Senang mengikuti trend barat sana, baju yang sudah tak layak lagi dikatakan pakaian, yang mungkin hanya membutuhkan kain kurang dari 1 meter untuk membuatnya. Atau mungkin pakaian yang belum selesai produksi karena kehabisan benang dan mungkin mesin jahit yang keburu rusak. Perempuan seksi dilihat, digoda, dan aksi lainnya yang dilakukan laki-laki, dibilang sexual harassment. Seperti bertamu, dihidangkan ya diterima. Lalu siapa yang pusing? Kalau tidak mau digoda ya jangan diberi toh? Minum-minum sampai mabuk, clubbing sampai pagi, seks bebas, masih perawan dibilang culun, cupu, gak gaul, dan sebagainya. Hah, gila.

Korupsi sudah seperti nasi. Makanan pokok sehari-hari. Terjadi pada berbagai lini kehidupan. Dari mulai pasar tradisional sampai pemerintah. Dari mulai 100 rupiah sampai milyaran rupiah. Bahkan di bangku sekolah, tempat pendidikan, korupsi pun kerap terjadi. Sekolah yang berarti tempat mendidik, membentuk, menciptakan cikal bakal generasi yang akan menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan. Seperti hal lumrah, aksi contek mencontek, kebocoran soal ujian nasional, dan hal aneh lainnya. Pada akhirnya kita semua akan mati, uang yang banyak hasil korupsi itu untuk apa? Mau dikubur bersama jasad untuk bayar malaikat di alam kubur supaya gak menyiksamu? Atau sogok iblis-iblis di neraka supaya berdusta kalau dulu sebenarnya kamu gak korupsi? Lalu jabatan yang tinggi dan nama yang terkenal itu untuk apa? Mau digunakan untuk membuat malaikat di alam kubur tunduk dan takut? Nilai yang tinggi itu untuk apa? Kamu pikir nilai itu bisa meloloskan kamu ke syurga?

Berbicara Islam, dibilang mengandung sara’ atau bahkan diduga Islam radikal atau teroris. Menurutku, suatu kewajaran, jika orang Islam lebih mempelajari Islam sebagai keyakinannya dan menyandarkan apapun yang terjadi di hidupnya pada Islam. Suatu kewajaran jika orang Islam menanggapi suatu permasalahan berdasarkan aturan Islam. Lah wong, memang Islam keyakinannya. Ya masa gak boleh. Justru menjadi aneh, ketika yang ngakunya orang Islam tapi perkataannya, perilakunya, tidak menunjukkan tuntunan Islam, tidak menyandarkannya pada aturan Islam. Menyampaikan opini, belum apa-apa sudah dibilang mencemarkan nama baik, mengundang kebencian, dan lain sebagainya. Ya memang kemajuan teknologi dan khususnya semakin berkembangnya media sosial, akan membuat banyak orang dengan mudah berkomentar dan menyampaikan opininya. Bahkan tanpa menunjukkan identitas aslinya. Baik opini itu baik, benar, buruk ataupun salah. Kalau semua yang berkomentar negatif harus diurus Pak Polisi, bisa-bisa semua masyarakat di negeriku dapat giliran. Ya menurutku, siapapun yang bersangkutan tersebut, kalau memang merasa berita yang ada tidak benar, yasudah tidak perlu digubris, tinggal tunjukkan dengan sikap dan perilaku yang baik. Bukankah sebaik-baik teladan adalah dengan mencontohkan? Berarti, aksi lebih bermakna dari pada lisan. Selain itu, doakan saja semoga masyarakat yang tersampaikan beritanya, Allah bukakan pikirannya supaya bisa melihat mana yang benar dan yang salah. Kalau memang berita yang beredar salah, ya berarti posisimu adalah sebagai yang terdzalimi. Berdoalah yang baik-baik. Bukankah doa seorang yang terdzalimi itu makbul? Dan doa adalah senjata rahasia yang luar biasa. Tapi kalau memang jelas salah, ya sudah wajar mengaku salah. Toh, semua yang kita lakukan nantinya akan dapat balasan. Mau yang baik ataupun yang buruk. Mau yang benar ataupun yang salah. Kalau masih khawatir, tandanya tidak yakin sama Allah dan hari akhir.

Belum lagi hal-hal di ranah pemerintahan, politik, ekonomi, dan masih banyak lagi. Bisa gila aku kalau kulanjutkan lamunanku. Kusegarkan pikiranku. Kuminum segelas air yang berada di depanku, kulihat sesuatu yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas, tidak begitu tebal dan tidak begitu besar di meja kerjaku. Aku hampiri dan duduk sejenak, mengambil sesuatu tersebut. Hmm lebih baik aku mengulang hafalanku. Kubuka sesuatu tersebut dari sisi kirinya yang sekitar 1/10 dari total tebalnya. Aku berhenti di suatu lembar. Ada 2 bagian pada lembar itu. Katakan saja kolom kanan dan kiri. Aku membaca kolom kanannya, mengulang hafalanku beberapa kali. Aku beralih ke kolom kiri, kubaca seksama apa yang tertera di kolom tersebut. Hmm seolah melanjutkan lamunanku sebelumnya. Ah, andai manusia-manusia ‘gila’ itu tau. Apa mereka masih berani melakukan apa yang dilakukannya saat ini?

Berita Besar. Ya, berita besar. Betapa Allah begitu mengistimewakan manusia sebagai makhluknya. Allah ciptakan kita. Allah beri pula kita panduan untuk hidup. Allah beri berita-berita besar berupa ni’mat-ni’mat, peringatan, kabar gembira, dan ganjaran. Bahkan Allah beritahukan sejak dini, mereka yang tidak mengindahkan peringatan Allah akan menyesalinya kelak. Bukankah penyesalan akan selalu datang terlambat? Lalu ketika kita sudah diwanti-wanti sejak awal, mengapa tidak kita hindari saja? Penyesalan akan selalu bersanding dengan kesakitan. Kesakitan yang kekal pasti tidak akan mampu kita tanggung.

Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?
Tentang berita yang besar (hari berbangkit),
yang dalam hal itu mereka berselisih.
Tidak! Kelak mereka akan mengetahui,
sekali lagi tidak! Kelak mereka akan mengetahui.
Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan,
Dan gunung-gunung sebagai pasak?
Dan Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan,
dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat,
dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian,
dan Kami menjadikan siang sebagai penghidupan,
dan Kami membangun di atas kamu tujuh (langit) yang kokoh,
dan Kami menjadikan pelita yang terang benderang (matahari),
dan kami turunkan dari awan, air hujan yang tercurah dengan hebatnya,
untuk Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tanam-tanaman,
dan kebun-kebun yang rindang.
Sungguh, hari keputusan adalah suatu waktu yang telah ditetapkan,
(yaitu) pada hari (ketika) sangkakala ditiup, lalu kamu datang berbondong-bondong,
dan langit pun di bukalah, maka terdapatlah beberapa pintu,
dan gunung-gunung pun dijalankan sehingga menjadi fatamorgana.
Sungguh, (neraka) Jahanam itu (sebagai) tempat mengintai (bagi penjaga yang mengawasi isi neraka),
menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas.
Mereka tinggal di sana dalam masa yang lama,
mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,
selain air yang mendidih dan nanah,
sebagai pembalasan yang setimpal.
Sesungguhnya dahulu mereka tidak pernah mengharapkan perhitungan,
dan mereka benar-benar mendustakan ayat-ayat Kami.
Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab (buku catatan amalan manusia).
Maka karena itu rasakanlah! Maka tidak ada yang akan Kami tambahkan kepadamu selain azab.
Sungguh, orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan,
(yaitu) kebun-kebun dan buah anggur,
dan gadis-gadis remaja yang sebaya,
dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman).
Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun (perkataan) dusta.
Sebagai balasan dan pemberian yang cukup banyak dari Tuhanmu,
Tuhan (Yang memelihara) langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah, mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.
Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan dia hanya mengatakan yang benar.
Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barang siapa menghendaki, niscaya dia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: “Alangkah baiknya seandainya aku dahulu adalah tanah.”

[QS. An-Naba’ (Berita Besar) : 1-40]

Saat ini, masing-masing dari kita berada di posisi mana? Bertakwa ataukah kafir? Ketika Allah sudah menjanjikan kesudahan bagi setiap golongan tersebut, maka itu adalah keniscayaan yang akan terjadi. Ingatlah! Allah sudah menjamin kebenaran Al-Qur’an dalam QS. Al-Baqarah ayat 2, “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.

Kita adalah manusia akhir zaman. Tidak ada satupun dari kita yang mengetahui kapan akhir kita masing-masing. Karena itu, sebelum matahari terbit dari barat, ah, tidak. Bahkan kita tidak pernah tahu apakah kita akan sampai di akhir kehidupan dunia ini atau tidak. Jadi, sebelum akhir waktu kita tiba dan mumpung saat ini masih memiliki kesempatan, kembalilah!


Bandung, 10 Januari 2017
Pukul 9:09 PM GMT+7 Jakarta

- Syi’ra Sun . AHM -

Saturday, January 7, 2017

‘GENERASI MALU’

Jadilah ‘Generasi Muda yang Punya Malu’ bukan ‘Generasi Muda yang Memalukan’

Secara tiba-tiba terlintas sebersit pikiran kala aku meminta bantuan salah seorang adikku. Hanya menyebar info saja, kebetulan seorang teman memintaku membantunya menyebarkan poster promosi online untuk usaha yang baru dibangunnya. Saat itu aku mengiyakan, namun aku tersadar ketika akan mem-forward-nya. “Ah, ya. Aku telah menghilang dari hiruk pikuk media sosial beberapa waktu ini. Aneh rasanya tiba-tiba muncul lalu promosi. Siapa pula yang akan melirik.” Pikirku kala itu. Aku ingat, adik bungsuku memiliki followers instagram, media sosial yang masih gandrung saat ini, yang lumayan jauh lebih banyak dibanding aku. Langsung saja aku memintanya untuk membantuku, cukup posting satu kali saja di instagramnya. Tebak respon dia! Sebenarnya aku sudah tau dia akan menolaknya. Alasannya? Mudah saja. Malu. Satu kata itu membuat khayalku jauh terbang. Malunya dia karena merasa, “Ganteng-ganteng begini, disuruh berjualan.” Hmm ternyata bukan sekali ini, perkara kondisi generasi muda saat ini mengisi ruang pikiranku. Ya, ‘Generasi Malu’. Bukan, bukan sekedar karena adikku yang menolak permintaanku yang ini. Jika soal aku memintanya membantuku menawarkan atau ikut menjualkan produk usahaku, itu sudah selalu ditolaknya. Saat ini aku belum menjadi pengusaha, tapi hopefully di kemudian hari aku bisa benar-benar menjadi seorang pengusaha. Aamiin.

Kembali lagi pada ‘Generasi Malu’, aku melihat adikku sebagai salah satu contoh anak muda generasi masa kini. Flashback ke masaku, aku baru menyentuh komputer semasa SMP. Aku baru punya handphone ketika menginjak SMA. Aku baru punya e-mail pun semasa SMA. Media sosial pertama yang aku punya adalah Facebook. Itu pun dibuatkan temanku. Sejak SMP, saat teman-teman sekolahku sudah mulai bermain Friendster dan YM, aku sudah dikenal orang yang tidak tertarik dengan dunia media sosial. “Untuk apa mencari teman semu dan mempublikasikan aktivitasmu sehari-sehari?” Kurang lebih seperti itu yang kupikirkan saat SMP dulu. Seiring aku bertambah dewasa, teknologi pun semakin modern. Tentunya, perkembangan anak-anak pun jadi mengikuti zaman. Peralihan permainan yang awalnya dilakukan bersama teman-teman dengan olah fisik dan lain sebagainya berganti menjadi permainan jempol dan beberapa jari saja yang dimainkan dan hanya dari sebuah layar handphone, tab, PC, laptop dan beragam jenis perangkat keras canggih lainnya. Ya, memang masih bermain bersama teman. Tapi hanya teman yang bertemu di arena bermain game mereka. Umur pertemanan yang singkat. Tidak ada keakraban yang terjalin seperti anak-anak zamanku dan sebelumku. Karena kurangnya olah fisik, juga menimbulkan banyak penyakit di usia dini. Ini hanya sekilas efek negatif dari semakin berkembangnya teknologi. Tentu ada efek positifnya yang juga banyak dirasakan. Tapi bukan berarti efek negatif ini di kesampingkan. Karena nyatanya efek negatif ini berdampak sangat signifikan. Bukan begitu? Lihatlah di sekitar kita. Bukan hanya dengan mata tapi dengan kerendahan hati dan keluasan pikiran. Maka kamu akan melihatnya.

Lalu apa yang dimaksud dengan ‘Generasi Malu’? Mari kita cermati. Apa saja aktivitas generasi muda saat ini kala berselancar di dunia maya? Kita sempitkan saja media sosial. Dapat dikatakan ada sekitar 80% dari aktivitas generasi muda di media sosial di antaranya mencakup posting mengenai keseharian kegiatannya, menulis tentang kondisi hatinya: entah itu mendapatkan pacar baru, putus, balikan dengan mantan, ketemu mantan, ditinggal nikah mantan, senang mendapat hadiah, senang mendapat kejutan, haru biru suasana hati, dan hal sejenis lainnya, makanan dan minuman hari ini, pakaian yang dikenakannya hari ini, pergi kemana saja dia hari ini, dan hal lain yang terjadi di kehidupannya bahkan hal-hal yang bisa disebut intim. Aku berpikir, “Apa mereka merasa baik-baik saja ketika batas imajiner privasinya sudah hilang? Apa mereka tidak khawatir, jika ada orang yang berniat jahat di luar sana memantau aktivitas media sosial mereka sehingga akan dengan mudahnya melancarkan aksi kejahatannya karena tahu lokasi keberadaan dan kondisi kita? Apa mereka merasa penting untuk mengetahui dan diketahui keberadaannya di media sosial? Apa mereka tidak merasa malu dengan mengunggah setiap hal yang terjadi di hidupnya? Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang muncul dibenakku.”

Hal yang dulu tabu sekarang menjadi biasa saja. Hal yang dulu biasa saja atau bahkan bagus bisa menjadi tabu dan lebih buruknya lagi bisa menjadi bahan gunjingan, cibiran, serta hal buruk lainnya. Mengapa sekarang banyak hal yang terbolak-balik? Ketika mengunggah foto selfie-nya yang selayar handphone bahkan kalau kamu akses di PC menjadi sebesar monitor, tidak malu. Diminta berjualan online, malu. Padahal mungkin saja memperlihatkan bagian yang tidak kamu inginkan, misalnya saja kotoran lubang hidungmu atau matamu. Bisa juga jerawatmu atau hal kurang nyaman dipandang lainnya. Walaupun saat ini kekurangan-kekurangan diri bisa dimanipulasi dengan aplikasi. Tapi bukankah itu pembohongan? Bukan teman media sosialmu saja yang terbohongi, lebih utamanya adalah kamu membohongi dirimu sendiri. Kepercayaan diri menurun, selalu merasa kurang atau mungkin sebaliknya, merasa diri lebih. Ini akan menjadi dampak berkepanjangan, tidak hanya berhenti sampai sekedar mengunggah foto diri dan aktivitas keseharian di media sosial. Aku tidak menjadikan adikku standar generasi muda saat ini. Memang saat ini banyak generasi muda yang sudah menangkap dan memanfaatkan sisi positif dari semakin berkembangnya dan digandrunginya media sosial, di antaranya menjadikan media sosial sebagai media bisnis online. Tentu, bagi mereka yang memanfaatkannya, menjadi mandiri finansial lebih dini. Tapi masih perlu dilihat kembali bisnis online seperti apa yang dilakukannya? Hal ini akan dilanjutkan secara terpisah di tulisan lainnya.

Ya, mengapa saat ini generasi muda kita menjadi aneh? Diajak sholat malas, tapi diajak dugem semangat. Menyempatkan waktu 10 menit untuk sholat terasa berat, tapi mengejar diskon yang bahkan midnight rela-rela saja. Diajak ta’lim dianggap ngga gaul, ragu, berat hati, sok alim, tapi diajak miras senang saja. Posting lagi di masjid, ditambahkan caption atau di komentari sedang taubat yang sembari diiringi candaan. Posting lagi hang out merasa keren dan yang komentar pun antusias bertanya dimana lokasinya. Mau makan, update dulu. Mau olah raga, update dulu. Mau sekolah, kuliah, atau kerja update dulu. Lagi mendengarkan lagu apa, update dulu. Aku hanya berpikir, “Apa semua orang harus diberi tahu apa yang sedang dan mau aku, kamu, kita dan kalian lakukan?”.

Hal aneh lainnya, mengunggah foto bermesraan dengan pacar, yang jelas-jelas belum memiliki hak sama sekali untuk menyentuhmu, bahkan melihat dan membayangkan wajahnya dibenak pun, kamu, kalian tidak punya hak untuk itu, merasa biasa saja, tidak ada rasa malu. Bagaimana respon dari banyak generasi muda lainnya? Banyak dari mereka ingin menirunya dan mengatakan ‘relationship goals’. Menurutku ini bukan lagi hal aneh, melainkan hal yang benar-benar gila. Padahal aku, kamu, kita dan kalian diperintahkan untuk menjaga kemaluan, ini bukan sekedar konotasi dari sesuatu tetapi seluruh hal yang mencakup malu. Yang perempuan diajak berjilbab dijawabnya belum dapat hidayah atau belum siap. Yang sudah berjilbab, ingin tetap trendi, tidak kalah dengan yang tidak berjilbab. Ditatalah kerudung itu menjadi menyerupai rambut yang tergerai, sanggulan, cepolan, dililit di leher yang membuatku khawatir jika terlalu kencang bisa tercekik, dan aneka gaya lainnya. Banyak pula yang tetap ingin tubuhnya terlihat ramping sehingga model bajunya membentuk lekuk tubuhnya. Tertutup sih memang tertutup. Tapi apa perbedaannya dengan tidak menggunakan pakaian kalau pakaian yang dikenakan melekat dan membentuk lekuk tubuh apalagi menerawang.

Tidak tahu atau lupa esensi dari berjilbab itu apa? Kini seolah jilbab hanya menjadi fashion trends belaka. Dahulu banyak yang sangat berat memutuskan untuk berjilbab. Salah satu alasannya terlihat tua dan tidak fashionable. Tapi sekarang banyak anak muda yang sudah memutuskan berjilbab, tidak dipungkiri di antaranya ada alasan yang katanya terlihat lebih cantik dan sekarang jilbab sudah tidak terkesan kuno lagi. Zaman ibu, nenek, uyut dan uyut dari uyut-uyutnya kita, berjuang untuk bisa menggunakan jilbab. Jilbab menjadi identitas diri seorang muslimah yang kukuh terhadap ke-Islam-annya. Tapi sekarang, tidak ada kesulitan bagi seorang perempuan yang mengaku dirinya muslim, untuk berjilbab. Tapi tentu perlu disyukuri, alhamdulillah sekarang sudah banyak yang mulai mau menutupi auratnya dan mau belajar patuh terhadap Allah. Semoga aku, kamu, kita dan kalian senantiasa memperbaiki diri, istiqomah dan Allah izinkan untuk berada di jalan yang Allah ridhoi. Aamiin. Perbincangan tentang jilbab akan kita lanjutkan pada tulisan lain.

Ya, hal-hal yang dijadikan alasan tadi, itu semua hanya excuses yang dibuat diri sadar ataupun tidak sadar. Karena hidayah dan kesiapan adalah hal yang harus dipicu secara sadar oleh setiap individu itu sendiri. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini telah Allah bekali berbagai potensi diri, salah satunya akal, yang menjadi salah satu keistimewaan manusia dari makhluk Allah lainnya.  Akal ini bukan sekedar mengartikan kewarasan seseorang. Jadi, kalau aku, kamu, kita dan kalian sudah Allah berikan akal, ya DIGUNAKAN sehingga hidayah itu Allah izinkan untuk aku, kamu, kita dan kalian. Masih belum menemukan alasan yang kuat? Sadar! Allah sudah membekali manusia dengan paket super lengkap mengalahkan paket komplitnya nasi timbel. Allah sudah beri potensi, Allah beri Al-Quran, ditambah lagi Rasulullah dan tanda-tanda kekuasaan Allah yang tersebar disetiap aku, kamu, kita dan kalian melangkah 1 mm saja. Kalau belum menemukan alasan, sangat mudah ditebak. Berarti kamu, kalian tidak membaca Al-Quran apalagi menjadikannya pedoman hidup. Muslim bukan kamu, kalian? Silahkan jawab masing-masing. Ini baru perkara jilbab. Belum perkara lain yang masih banyak lagi.

Aku merasa generasi muda saat ini semakin pintar secara keilmuan, tapi tidak beriringan dengan keimanan yang semakin kuat pula. Malu sangat erat kaitannya dengan iman. Orang yang beriman harusnya punya malu. Mungkin salah satu resolusi yang menjadi penting di Tahun 2017 ini bagi generasi muda adalah menyambungkan urat-urat malu yang sudah merenggang atau bahkan terputus itu. Caranya? Sudah jelas bukan? PERKUAT IMAN! Orang yang beriman ketika punya masalah, bukan mengunggah masalahnya di media sosial, melainkan menyerahkan segalanya kepada Allah, memohon kekuatan untuk menghadapi dan meminta ditunjuki solusi yang terbaik. Buka, baca dan hayati juga Al-Quran-nya. Jangan hanya diselip di rak bukumu apalagi sampai di simpan di bawah tempat tidurmu. Semua masalah di hidupmu datang atas seizin Allah untuk menguji imanmu, maka kembalikan semua pada Allah karena yang bisa mengambil masalah tersebut darimu, ya pasti yang memberinya. Kalau laptopmu rusak, kamu bawa ke tukang sol sepatu, itu namanya tersesat. Sama dengan kondisimu, kalau kamu punya masalah hidup, kamu curhatnya di halaman media sosialmu, itu juga namanya tersesat. Bukan hanya itu, kamu juga mengumbar aibmu sendiri. Kalau aib, ya pasti harus malu. Kalau kamu orang beriman, maka kamu akan tahu kapan dan untuk hal seperti apa kamu harus merasa malu. Jadilah ‘Generasi Muda yang Punya Malu’ bukan ‘Generasi Muda yang Memalukan’.


Dicukupkan dulu tulisan kali ini. Jika di kemudian hari ada pengembangan tulisan, akan diedit pada tulisan ini langsung.


Bandung, 7 Januari 2017
Pukul 2:53 AM GMT+7 Jakarta
-Syi’ra.AHM-