Tuesday, January 10, 2017

BERITA BESAR

Berita Besar. Sudah tertulis jelas. Andai kita mau berpikir dan patuh.

Tiba-tiba aku larut dalam lamunan. Memikirkan hal-hal yang terjadi di hidupku, memikirkan hal-hal yang terjadi di sekitarku, memikirkan hal-hal yang terjadi di negaraku, memikirkan hal-hal yang terjadi di dunia kini. Menembus batas pandangan, yang hanya kuketahui melalui berbagai media pemberitaan dan media sosial. Ah, semua sudah gila. Aku tidak mengerti memikirkan segala peristiwa yang saat ini santer menjadi ramai diperbicangkan, diberitakan, dilakukan dan sebagainya. Laporan berita pembunuhan hampir setiap hari hilir mudik di media cetak ataupun elektronik. Dengan cara-cara yang semakin hari semakin keji. Gila. Berjalan di jalanan cemas dan khawatir. Berada di kendaraan umum, cemas dan khawatir. Pulang larut malam, cemas dan khawatir. Memarkir kendaraan di tempat umum atau di luar rumah, cemas dan khawatir. Bertemu seseorang yang baru, secara tiba-tiba disapa, cemas dan khawatir. Cemas, khawatir, curiga, merasa tidak aman, sepertinya selalu menghantui setiap detik hidup kita saat ini. Cemas dan khawatir akan setiap tindakan kriminal, kejahatan, bahkan pembunuhan yang bisa saja terjadi di jalanan, kendaraan umum, di manapun bahkan di dalam rumah kita sendiri pun.

Gaya pergaulan remaja yang semakin gak karuan malang melintang di media sosial, tak kenal malu sudah. Dibilangnya, trend, gaul, kekinian, dan lain sebagainya. Senang mengikuti trend barat sana, baju yang sudah tak layak lagi dikatakan pakaian, yang mungkin hanya membutuhkan kain kurang dari 1 meter untuk membuatnya. Atau mungkin pakaian yang belum selesai produksi karena kehabisan benang dan mungkin mesin jahit yang keburu rusak. Perempuan seksi dilihat, digoda, dan aksi lainnya yang dilakukan laki-laki, dibilang sexual harassment. Seperti bertamu, dihidangkan ya diterima. Lalu siapa yang pusing? Kalau tidak mau digoda ya jangan diberi toh? Minum-minum sampai mabuk, clubbing sampai pagi, seks bebas, masih perawan dibilang culun, cupu, gak gaul, dan sebagainya. Hah, gila.

Korupsi sudah seperti nasi. Makanan pokok sehari-hari. Terjadi pada berbagai lini kehidupan. Dari mulai pasar tradisional sampai pemerintah. Dari mulai 100 rupiah sampai milyaran rupiah. Bahkan di bangku sekolah, tempat pendidikan, korupsi pun kerap terjadi. Sekolah yang berarti tempat mendidik, membentuk, menciptakan cikal bakal generasi yang akan menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan. Seperti hal lumrah, aksi contek mencontek, kebocoran soal ujian nasional, dan hal aneh lainnya. Pada akhirnya kita semua akan mati, uang yang banyak hasil korupsi itu untuk apa? Mau dikubur bersama jasad untuk bayar malaikat di alam kubur supaya gak menyiksamu? Atau sogok iblis-iblis di neraka supaya berdusta kalau dulu sebenarnya kamu gak korupsi? Lalu jabatan yang tinggi dan nama yang terkenal itu untuk apa? Mau digunakan untuk membuat malaikat di alam kubur tunduk dan takut? Nilai yang tinggi itu untuk apa? Kamu pikir nilai itu bisa meloloskan kamu ke syurga?

Berbicara Islam, dibilang mengandung sara’ atau bahkan diduga Islam radikal atau teroris. Menurutku, suatu kewajaran, jika orang Islam lebih mempelajari Islam sebagai keyakinannya dan menyandarkan apapun yang terjadi di hidupnya pada Islam. Suatu kewajaran jika orang Islam menanggapi suatu permasalahan berdasarkan aturan Islam. Lah wong, memang Islam keyakinannya. Ya masa gak boleh. Justru menjadi aneh, ketika yang ngakunya orang Islam tapi perkataannya, perilakunya, tidak menunjukkan tuntunan Islam, tidak menyandarkannya pada aturan Islam. Menyampaikan opini, belum apa-apa sudah dibilang mencemarkan nama baik, mengundang kebencian, dan lain sebagainya. Ya memang kemajuan teknologi dan khususnya semakin berkembangnya media sosial, akan membuat banyak orang dengan mudah berkomentar dan menyampaikan opininya. Bahkan tanpa menunjukkan identitas aslinya. Baik opini itu baik, benar, buruk ataupun salah. Kalau semua yang berkomentar negatif harus diurus Pak Polisi, bisa-bisa semua masyarakat di negeriku dapat giliran. Ya menurutku, siapapun yang bersangkutan tersebut, kalau memang merasa berita yang ada tidak benar, yasudah tidak perlu digubris, tinggal tunjukkan dengan sikap dan perilaku yang baik. Bukankah sebaik-baik teladan adalah dengan mencontohkan? Berarti, aksi lebih bermakna dari pada lisan. Selain itu, doakan saja semoga masyarakat yang tersampaikan beritanya, Allah bukakan pikirannya supaya bisa melihat mana yang benar dan yang salah. Kalau memang berita yang beredar salah, ya berarti posisimu adalah sebagai yang terdzalimi. Berdoalah yang baik-baik. Bukankah doa seorang yang terdzalimi itu makbul? Dan doa adalah senjata rahasia yang luar biasa. Tapi kalau memang jelas salah, ya sudah wajar mengaku salah. Toh, semua yang kita lakukan nantinya akan dapat balasan. Mau yang baik ataupun yang buruk. Mau yang benar ataupun yang salah. Kalau masih khawatir, tandanya tidak yakin sama Allah dan hari akhir.

Belum lagi hal-hal di ranah pemerintahan, politik, ekonomi, dan masih banyak lagi. Bisa gila aku kalau kulanjutkan lamunanku. Kusegarkan pikiranku. Kuminum segelas air yang berada di depanku, kulihat sesuatu yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas, tidak begitu tebal dan tidak begitu besar di meja kerjaku. Aku hampiri dan duduk sejenak, mengambil sesuatu tersebut. Hmm lebih baik aku mengulang hafalanku. Kubuka sesuatu tersebut dari sisi kirinya yang sekitar 1/10 dari total tebalnya. Aku berhenti di suatu lembar. Ada 2 bagian pada lembar itu. Katakan saja kolom kanan dan kiri. Aku membaca kolom kanannya, mengulang hafalanku beberapa kali. Aku beralih ke kolom kiri, kubaca seksama apa yang tertera di kolom tersebut. Hmm seolah melanjutkan lamunanku sebelumnya. Ah, andai manusia-manusia ‘gila’ itu tau. Apa mereka masih berani melakukan apa yang dilakukannya saat ini?

Berita Besar. Ya, berita besar. Betapa Allah begitu mengistimewakan manusia sebagai makhluknya. Allah ciptakan kita. Allah beri pula kita panduan untuk hidup. Allah beri berita-berita besar berupa ni’mat-ni’mat, peringatan, kabar gembira, dan ganjaran. Bahkan Allah beritahukan sejak dini, mereka yang tidak mengindahkan peringatan Allah akan menyesalinya kelak. Bukankah penyesalan akan selalu datang terlambat? Lalu ketika kita sudah diwanti-wanti sejak awal, mengapa tidak kita hindari saja? Penyesalan akan selalu bersanding dengan kesakitan. Kesakitan yang kekal pasti tidak akan mampu kita tanggung.

Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?
Tentang berita yang besar (hari berbangkit),
yang dalam hal itu mereka berselisih.
Tidak! Kelak mereka akan mengetahui,
sekali lagi tidak! Kelak mereka akan mengetahui.
Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan,
Dan gunung-gunung sebagai pasak?
Dan Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan,
dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat,
dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian,
dan Kami menjadikan siang sebagai penghidupan,
dan Kami membangun di atas kamu tujuh (langit) yang kokoh,
dan Kami menjadikan pelita yang terang benderang (matahari),
dan kami turunkan dari awan, air hujan yang tercurah dengan hebatnya,
untuk Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tanam-tanaman,
dan kebun-kebun yang rindang.
Sungguh, hari keputusan adalah suatu waktu yang telah ditetapkan,
(yaitu) pada hari (ketika) sangkakala ditiup, lalu kamu datang berbondong-bondong,
dan langit pun di bukalah, maka terdapatlah beberapa pintu,
dan gunung-gunung pun dijalankan sehingga menjadi fatamorgana.
Sungguh, (neraka) Jahanam itu (sebagai) tempat mengintai (bagi penjaga yang mengawasi isi neraka),
menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas.
Mereka tinggal di sana dalam masa yang lama,
mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,
selain air yang mendidih dan nanah,
sebagai pembalasan yang setimpal.
Sesungguhnya dahulu mereka tidak pernah mengharapkan perhitungan,
dan mereka benar-benar mendustakan ayat-ayat Kami.
Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab (buku catatan amalan manusia).
Maka karena itu rasakanlah! Maka tidak ada yang akan Kami tambahkan kepadamu selain azab.
Sungguh, orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan,
(yaitu) kebun-kebun dan buah anggur,
dan gadis-gadis remaja yang sebaya,
dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman).
Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun (perkataan) dusta.
Sebagai balasan dan pemberian yang cukup banyak dari Tuhanmu,
Tuhan (Yang memelihara) langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah, mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.
Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan dia hanya mengatakan yang benar.
Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barang siapa menghendaki, niscaya dia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: “Alangkah baiknya seandainya aku dahulu adalah tanah.”

[QS. An-Naba’ (Berita Besar) : 1-40]

Saat ini, masing-masing dari kita berada di posisi mana? Bertakwa ataukah kafir? Ketika Allah sudah menjanjikan kesudahan bagi setiap golongan tersebut, maka itu adalah keniscayaan yang akan terjadi. Ingatlah! Allah sudah menjamin kebenaran Al-Qur’an dalam QS. Al-Baqarah ayat 2, “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”.

Kita adalah manusia akhir zaman. Tidak ada satupun dari kita yang mengetahui kapan akhir kita masing-masing. Karena itu, sebelum matahari terbit dari barat, ah, tidak. Bahkan kita tidak pernah tahu apakah kita akan sampai di akhir kehidupan dunia ini atau tidak. Jadi, sebelum akhir waktu kita tiba dan mumpung saat ini masih memiliki kesempatan, kembalilah!


Bandung, 10 Januari 2017
Pukul 9:09 PM GMT+7 Jakarta

- Syi’ra Sun . AHM -

0 komentar:

Post a Comment